Jumat, 11 November 2016

Meskipun Pesantren Terasa Seperti Penjara, Tapi ia Seperti Ibu Kandung Yang Akan Dikenang Sepanjang Masa

Meskipun Pesantren Terasa Seperti Penjara, Tapi ia Seperti Ibu Kandung Yang Akan Dikenang Sepanjang Masa
foto dok. hikayat santri
“Wahai pondok (pesantren) tempatku, Laksana ibu kandungku, Nan kasih serta sayang padaku
Oh pondokku, I... bu... ku.

Istilah “penjara suci” sering dialamatkan ke pesantren. Secara bahasa, belum ada alasan konkrit kenapa istilah ini disematkan untuk pesantren. Mungkin karena kegiatan, disiplin dan sistem pesantren sendiri yang menjadikan istilah ini disematkan untuk pesantren.
Pesantren yang penuh dengan disiplin membuat sebahagian santri atau alumni menyebut pesantren sebagai penjara suci. Ia ibarat penjara yang kehidupannya harus selalu berada on the track- sesuai dengan apa yang di tetapkan oleh pesantren. Istilah suci disebabkan oleh nilai spiritualitas didalamnya. Dimana pesantren sebagai tempat menuntut ilmu dan dipenuhi dengan kegiatan keagamaan.
Terlepas dari itu semua, istilah penjara suci ini tidaklah berlaku bagi setiap orang, ia akan tergantung bagi masing-masing individu yang menjalaninya. Mungkin bagi orang yang menilai bahwa disiplin pesantren bukan sebuah beban yang harus dipikul, maka pesantren hanya ibarat rumah idaman baginya. Sepertinya istilah ini tidak perlu diperdebatkan. Dalam tulisan ini Hikayat Santri akan mencoba menguraikan beberapa hal yang membuat pesantren menjadi cerita mengesankan dan disebut "penjara suci".
Disiplin yang ketat membuat santri merasa tertekan dan terkekang
Banyak orang tidak mengetahui manfaat disiplin. Padahal disiplinlah yang  membuat seseorang menjadi sukses atau gagal. Disiplin menghantarkan banyak orang menjadi sukses. Disiplin menghantarkan banyak pengusaha, guru, dosen, pejabat menjadi orang hebat. Tidak ada istilah tidak sukses bagi orang yang berdisiplin.
Pesantren menempatkan disiplin hal yang paling penting selain belajar. Displin pesantren di tuangkan dalam tata tertib pesantren yang diterapkan kepada seluruh warga pesantren, termasuk wali santri dan para gurunya.
Pesantren menggerakkan setiap kegiatan pesantren dengan disiplin. Mereka (santri) diatur, dibina, dilatih untuk menjadi orang yang selalu bersiplin. Mulai mereka bangun pagi hingga tidur kembali berada dalam disiplin.
Nah, bagi sebahagian santri pada awalnya dengan disiplin yang diberlakukan terasa berat dan terkekang. Bagaimana tidak, mulai mereka bangun sudah diatur dengan disiplin, bangun harus tepat waktu, ke mesjid harus tepat waktu, mandi harus tepat waktu, makan harus tepat waktu, semua kegiatan harus tepat waktu. Maka bagi santri yang baru merasakan kehidupan pesantren pasti akan terasa asing dengan kehidupan yang penuh dengan peraturan. Bisa jadi karena kehidupan ia sebelumnya tidak seperti yang dirasakan saat masuk pesantren. Tapi perasaan berat dan terkekang akan hilang seiring berjalannya waktu. ia akan terbiasa menjalaninya setelah ia tahu manfaatnya.
Sewaktu-waktu kamu akan kesal dengan banyak disiplin, merasa serba diatur. Bahkan kamu bisa jadi tidak betah lagi di pesantren.
Meskipun Pesantren Terasa Seperti Penjara, Tapi ia Seperti Ibu Kandung Yang Akan Dikenang Sepanjang Masa
foto. PM Gontor

Ada saatnya santri itu merasa kesal dengan terlalu banyak disiplin. merasa kok serba di atur. Tapi itulah proses yang harus dijalani. Bahkan tidak jarang santri yang merasa tertekan dengan disiplin membuat tidak betah yang akhirnya timbul rasa ingin pindah dari pesantren.
Kegalauan pun akan melanda santri tersebut. Disitulah akan hadir teman-teman dekatmu yang akan menghibur, mengembalikan lagi semangatmu. Lalu ustadz atau gurumu akan memaggilmu, merangkul, menasehati, mengarahkan kamu ke arah yang lebih baik. Akhirnya, pikiranmu jadi terbuka yang mengurungkan niat pindah tadi. Teman dan gurumu tadi bisa jadi orang sangat berkesan dalam hidupmu, karena ia telah menyelamatkan kamu dari gagalnya nyantri.

Hukuman itu hal yang memberatkan, tapi ia mengasyikkan dan selalu terkesan
Pastinya setiap disiplin ditegakkan akan ada hukuman yang diberlakukan. Tentunya bagi si pelanggar disiplin. Biasanyapesantren mengklasifikasikan antara pelanggaran dengan hukuman. Ada kelasnya masing-masing. Mulai dari pelanggaran ringan, sedang, hingga yang paling berat. Tentunya hukuman yang diberikan berdasarkan kelas disiplin yang dilanggar oleh santri.
Bagi santri, hukuman itu hal yang memberatkan pada hakikatnya, karena ia dapat  menganggu kenyamanan santri tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Tapi ia harus menerimanya sebagai bentuk tanggung jawabnya telah melanggar disiplin. kadang kala hukuman itu mengasyikkan tapi kadang kala ia menjadi momok yang memalukan. Bisa jadi malu karena dilihat oleh orang lain, misalnya diberdirikan di depan kantor, kelas atau asrama, ia malu ketika dilihat oleh teman-teman yang lain. Tapi hukuman yang ia terima akan menjadi pelajaran bagi santri yang lain.Biasanya hukuman yang paling beratlah yang paling berkesan dalam hidupnya. Ia akan selalu teringat sepanjang hayat. Coba ingat hukuman apa yang paling berkesan dalam hidupmu?

 
Meskipun Pesantren Terasa Seperti Penjara, Tapi ia Seperti Ibu Kandung Yang Akan Dikenang Sepanjang Masa
meskipun keadaan semakin sulit, tetap tersenyum bahagia | foto hikayat santri

Ustadz/guru yang sering menghukummu adalah orang yang paling kamu ingat setelah keluar dari pesantren
Dengan adanya hukuman tadi, pasti adanya orang yang memberi hukuman tersebut, tidak lain tidak bukan ia adalah gurumu, walaupun di sebahagian pesantren ada kakak kelas yang memegang organisasi siswa dan dibolehkan memberikan hukuman bagi santri yang lain, dalam tanda kutip hukuman yang diberikan masih bersifat ringan sesuai dengan apa yang telah ditetapkan dan dibawah pengawasan dewan guru, tapi urusan yang memberi hukuman paling terkesan tetap guru.
Yang harus dipahami adalah guru sering memberi hukuman kepada santri, menasehati, mengingatkan adalah mereka yang peduli dan sayang terhadap santri tersebut. Sama halnya dengan orang tua di rumah. Tapi kekesalan tidak bisa dihindari saat itu ketika sang ustadz memberi hukuman atau menasehati. Tapi kelak, mereka (guru) yang sering memberi hukuman kepada santri, yang sering mendapatkan santri melanggar disiplin dialah yang paling terkesan bagi santri.

Guru tersebut terkesan kejam bagi santri. Bahkan tidak menutup kemungkinan para santri timbul rasa benci terhadap guru tersebut, karena sering memberi hukuman tapi pada akhirnya mereka (santri) akan sadar bahwa gurunya itu sangat sayang terhadap santri dan menjadi buah bibir disetiap pertemuan dengan teman-teman setelah menjadi alumni karena kesannya. Ayo coba ingat guru-gurumu yang masuk dalam katagori yang paling terkesan dan yang paling kamu benci ! sudah minta maaf belum ?
Pelanggaran yang awalnya tidak ketahuan dan akhirnya di ketahui oleh gurumu adalah pelanggaran yang paling kamu ingat dan menjadi cerita tiada akhir saat bertemu dengan teman-temanmu.
 Pernah gak kamu melanggar sebuah hukuman yang awalnya tidak ketahuan oleh gurumu? Atau oleh kakak kelasmu. Kalau pernah mungkin itu sebuah pelanggaran yang masuk dalam katagori mengesankan di pesantren. Awalnya kamu merasa bangga melanggar dan tidak ketahuan, tapi naifnya pelanggaran tersebut tercium oleh gurumu. Makanya banyak yang bilang pesantren itu suci, ibarat lautan yang menyisihkan kotoran atau sampah dilaut ke daratan. Disaat guru membeberkan pelanggaranmu itu adalah moment yang paling menegangkan, apalagi kalau gurumu itu menguak pelanggaranmu itu penuh dengan drama di depan umum. Tidak terbayang bagaimana perasaanmu saat itu. Antara takut dan tidak mau mengakuinya. Dan kamu akan habis kata-kata ketika gurumu membuktikannya.

Sebenarnya ada banyak faktor mengenai hal-hal yang membuat kehidupan pesantren itu mengesankan, bukan hanya dari sisi hukuman, tapi dari kehidupan sehari-hari santri juga merupakan bagian dari pada cerita yang mengesankan. Memiliki teman yang 24 jam bersamamu adalah cerita yang paling tidak habis kamu kisahkan. Belum lagi dengan teman-teman yang super konyol dan tukang iseng, ada banyak sekali hal-hal yang mereka lakukan sehingga kamu selalu merasa betah di pesantren. Sekali lagi, sekalipun pesantren ibarat penjara suci, tetap ia seperti ibu kandung yang selalu mengesankan. Bersyukurlah kamu yang pernah di pesantren yang memiliki cerita aneh dan unik selama jadi santri.
Namun, terlepas dari cerita hukuman di atas, cerita kesetiaan, keikhlasan gurumu mendidik, membina, menggembleng dan mengasuhmu adalah cerita paling berharga yang harus kamu ingat dan yang sangat berjasa dalam hidupmu setelah orang tua. 
Prof. Dr. Abd. A’la, Rektor IAIN Sunan Ampel Surabaya mengatakan bahwa pesantren adalah tempat untuk berproses. Ini yang menjadi landasan bagi kita untuk terus berproses di pesantren, yang hasilnya akan kita capai di kemudian hari, baik saat berada di pesantren maupun kelak ketika kita sudah keluar dari pesantren.
Sekian !

Bagikan

Jangan lewatkan

Meskipun Pesantren Terasa Seperti Penjara, Tapi ia Seperti Ibu Kandung Yang Akan Dikenang Sepanjang Masa
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.

1 komentar:

Tulis komentar