foto dok. hikayat santri |
“Wahai pondok
(pesantren) tempatku, Laksana ibu kandungku, Nan
kasih serta sayang padaku
Oh pondokku, I... bu... ku.
Istilah “penjara suci” sering
dialamatkan ke pesantren. Secara bahasa, belum ada alasan konkrit kenapa
istilah ini disematkan untuk pesantren. Mungkin karena kegiatan, disiplin dan
sistem pesantren sendiri yang menjadikan istilah ini disematkan untuk
pesantren.
Pesantren yang penuh dengan
disiplin membuat sebahagian santri atau alumni menyebut pesantren sebagai
penjara suci. Ia ibarat penjara yang kehidupannya harus selalu berada on the
track- sesuai dengan apa yang di tetapkan oleh pesantren. Istilah suci
disebabkan oleh nilai spiritualitas didalamnya. Dimana pesantren sebagai tempat
menuntut ilmu dan dipenuhi dengan kegiatan keagamaan.
Terlepas dari itu semua, istilah
penjara suci ini tidaklah berlaku bagi setiap orang, ia akan tergantung bagi
masing-masing individu yang menjalaninya. Mungkin bagi orang yang menilai bahwa
disiplin pesantren bukan sebuah beban yang harus dipikul, maka pesantren hanya
ibarat rumah idaman baginya. Sepertinya istilah ini tidak perlu diperdebatkan. Dalam
tulisan ini Hikayat Santri akan mencoba menguraikan beberapa hal yang membuat pesantren menjadi cerita mengesankan dan disebut "penjara suci".
Disiplin yang ketat membuat santri merasa tertekan dan
terkekang
Banyak orang tidak mengetahui
manfaat disiplin. Padahal disiplinlah yang membuat seseorang menjadi sukses atau gagal. Disiplin
menghantarkan banyak orang menjadi sukses. Disiplin menghantarkan banyak
pengusaha, guru, dosen, pejabat menjadi orang hebat. Tidak ada istilah tidak
sukses bagi orang yang berdisiplin.
Pesantren menempatkan disiplin
hal yang paling penting selain belajar. Displin pesantren di tuangkan dalam
tata tertib pesantren yang diterapkan kepada seluruh warga pesantren, termasuk
wali santri dan para gurunya.
Pesantren menggerakkan setiap
kegiatan pesantren dengan disiplin. Mereka (santri) diatur, dibina, dilatih
untuk menjadi orang yang selalu bersiplin. Mulai mereka bangun pagi hingga
tidur kembali berada dalam disiplin.
Nah, bagi sebahagian santri pada
awalnya dengan disiplin yang diberlakukan terasa berat dan terkekang. Bagaimana
tidak, mulai mereka bangun sudah diatur dengan disiplin, bangun harus tepat
waktu, ke mesjid harus tepat waktu, mandi harus tepat waktu, makan harus tepat
waktu, semua kegiatan harus tepat waktu. Maka bagi santri yang baru merasakan
kehidupan pesantren pasti akan terasa asing dengan kehidupan yang penuh dengan peraturan. Bisa jadi karena kehidupan ia sebelumnya tidak seperti yang
dirasakan saat masuk pesantren. Tapi perasaan berat dan terkekang akan hilang
seiring berjalannya waktu. ia akan terbiasa menjalaninya setelah ia tahu
manfaatnya.
Sewaktu-waktu kamu akan kesal
dengan banyak disiplin, merasa serba diatur. Bahkan kamu bisa jadi tidak betah
lagi di pesantren.
foto. PM Gontor |
Ada saatnya santri itu merasa
kesal dengan terlalu banyak disiplin. merasa kok serba di atur. Tapi itulah
proses yang harus dijalani. Bahkan tidak jarang santri yang merasa tertekan
dengan disiplin membuat tidak betah yang akhirnya timbul rasa ingin pindah dari
pesantren.
Kegalauan pun akan melanda santri
tersebut. Disitulah akan hadir teman-teman dekatmu yang akan menghibur,
mengembalikan lagi semangatmu. Lalu ustadz atau gurumu akan memaggilmu,
merangkul, menasehati, mengarahkan kamu ke arah yang lebih baik. Akhirnya,
pikiranmu jadi terbuka yang mengurungkan niat pindah tadi. Teman dan gurumu
tadi bisa jadi orang sangat berkesan dalam hidupmu, karena ia telah menyelamatkan
kamu dari gagalnya nyantri.
Hukuman itu hal yang memberatkan,
tapi ia mengasyikkan dan selalu terkesan
Pastinya setiap disiplin ditegakkan
akan ada hukuman yang diberlakukan. Tentunya bagi si pelanggar disiplin. Biasanyapesantren mengklasifikasikan antara pelanggaran dengan hukuman. Ada kelasnya
masing-masing. Mulai dari pelanggaran ringan, sedang, hingga yang paling berat.
Tentunya hukuman yang diberikan berdasarkan kelas disiplin yang dilanggar oleh
santri.
Bagi santri, hukuman itu hal yang
memberatkan pada hakikatnya, karena ia dapat menganggu kenyamanan santri tersebut dalam
kehidupan sehari-hari. Tapi ia harus menerimanya sebagai bentuk tanggung
jawabnya telah melanggar disiplin. kadang kala hukuman itu mengasyikkan tapi
kadang kala ia menjadi momok yang memalukan. Bisa jadi malu karena dilihat oleh
orang lain, misalnya diberdirikan di depan kantor, kelas atau asrama, ia malu
ketika dilihat oleh teman-teman yang lain. Tapi hukuman yang ia terima akan
menjadi pelajaran bagi santri yang lain.Biasanya hukuman yang paling beratlah
yang paling berkesan dalam hidupnya. Ia akan selalu teringat sepanjang hayat. Coba
ingat hukuman apa yang paling berkesan dalam hidupmu?
Ustadz/guru yang sering
menghukummu adalah orang yang paling kamu ingat setelah keluar dari pesantren
Dengan adanya hukuman tadi, pasti
adanya orang yang memberi hukuman tersebut, tidak lain tidak bukan ia adalah
gurumu, walaupun di sebahagian pesantren ada kakak kelas yang memegang
organisasi siswa dan dibolehkan memberikan hukuman bagi santri yang lain, dalam
tanda kutip hukuman yang diberikan masih bersifat ringan sesuai dengan apa yang
telah ditetapkan dan dibawah pengawasan dewan guru, tapi urusan yang memberi
hukuman paling terkesan tetap guru.
Yang harus dipahami adalah guru sering
memberi hukuman kepada santri, menasehati, mengingatkan adalah mereka yang
peduli dan sayang terhadap santri tersebut. Sama halnya dengan orang tua di
rumah. Tapi kekesalan tidak bisa dihindari saat itu ketika sang ustadz memberi
hukuman atau menasehati. Tapi kelak, mereka (guru) yang sering memberi hukuman
kepada santri, yang sering mendapatkan santri melanggar disiplin dialah yang
paling terkesan bagi santri.
Guru tersebut terkesan kejam bagi
santri. Bahkan tidak menutup kemungkinan para santri timbul rasa benci terhadap
guru tersebut, karena sering memberi hukuman tapi pada akhirnya mereka (santri)
akan sadar bahwa gurunya itu sangat sayang terhadap santri dan menjadi buah
bibir disetiap pertemuan dengan teman-teman setelah menjadi alumni karena
kesannya. Ayo coba ingat guru-gurumu yang masuk dalam katagori yang paling terkesan dan
yang paling kamu benci ! sudah minta maaf belum ?
Pelanggaran yang awalnya tidak
ketahuan dan akhirnya di ketahui oleh gurumu adalah pelanggaran yang paling kamu
ingat dan menjadi cerita tiada akhir saat bertemu dengan teman-temanmu.
Pernah gak kamu melanggar sebuah hukuman yang
awalnya tidak ketahuan oleh gurumu? Atau oleh kakak kelasmu. Kalau pernah
mungkin itu sebuah pelanggaran yang masuk dalam katagori mengesankan di
pesantren. Awalnya kamu merasa bangga melanggar dan tidak ketahuan, tapi
naifnya pelanggaran tersebut tercium oleh gurumu. Makanya banyak yang bilang
pesantren itu suci, ibarat lautan yang menyisihkan kotoran atau sampah dilaut
ke daratan. Disaat guru membeberkan pelanggaranmu itu adalah moment yang
paling menegangkan, apalagi kalau gurumu itu menguak pelanggaranmu itu penuh
dengan drama di depan umum. Tidak terbayang bagaimana perasaanmu saat itu. Antara
takut dan tidak mau mengakuinya. Dan kamu akan habis kata-kata ketika gurumu
membuktikannya.
Sebenarnya ada banyak faktor
mengenai hal-hal yang membuat kehidupan pesantren itu mengesankan, bukan hanya
dari sisi hukuman, tapi dari kehidupan sehari-hari santri juga merupakan bagian
dari pada cerita yang mengesankan. Memiliki teman yang 24 jam bersamamu adalah
cerita yang paling tidak habis kamu kisahkan. Belum lagi dengan teman-teman
yang super konyol dan tukang iseng, ada banyak sekali hal-hal yang mereka
lakukan sehingga kamu selalu merasa betah di pesantren. Sekali lagi, sekalipun
pesantren ibarat penjara suci, tetap ia seperti ibu kandung yang selalu
mengesankan. Bersyukurlah kamu yang pernah di pesantren yang memiliki cerita
aneh dan unik selama jadi santri.
Namun, terlepas dari cerita hukuman di atas, cerita kesetiaan, keikhlasan gurumu mendidik, membina, menggembleng dan mengasuhmu adalah cerita paling berharga yang harus kamu ingat dan yang sangat berjasa dalam hidupmu setelah orang tua.
Prof. Dr. Abd. A’la, Rektor IAIN Sunan Ampel Surabaya mengatakan bahwa pesantren adalah tempat untuk berproses. Ini yang menjadi landasan bagi kita untuk terus berproses di pesantren, yang hasilnya akan kita capai di kemudian hari, baik saat berada di pesantren maupun kelak ketika kita sudah keluar dari pesantren.
Sekian !
Bagikan
Meskipun Pesantren Terasa Seperti Penjara, Tapi ia Seperti Ibu Kandung Yang Akan Dikenang Sepanjang Masa
4/
5
Oleh
Kasel
1 komentar:
Tulis komentarnice artikel gann
Reply