Rabu, 10 Agustus 2016

Baca ini ! Pesantren, Sekolah Full Day Full Night

Baca ini ! Pesantren, Sekolah Full Day Full Night
PM Modern Gontor, Photo : Google
Sejak Beredarnya inisiatif Menteri Pendidikan Baru, Muhadjir Effendy tentang sekolah full day banyak sekali tulisan ataupun ulasan bertebaran di media sosial, ada yang pro ada yang kontra. Pro kontra memang hal yang wajar terjadi dalam setiap keputusan maupun wacana. Dari sekian banyak ulasan di media sosial lebih dominan dari mereka yang tidak setuju dengan wacana Pak Menteri tersebut, bahkan tidak sedikit dari mereka yang mencaci dan sebagainya.
Wacana beliau tidak terlepas dari kerisauan beliau terhadap pendidikan anak saat ini. Adanya kasus-kasus yang menunjukkan degradasi moral pada siswa dan sebagainya. Seperti yang baru-baru ini terjadi, Guru menegur murid saja, sudah menjadi masalah besar saat ini. Mau jadi apa bangsa Indonesia ini jika anak didik bermental kerupuk? Karakter anak didik sudah lumpuh, sehingga melahirkan generasi yang jauh dari akhlakhul karimah. Selain itu beliau juga khawatir terhadap metode ujian yang berlaku selama ini jawaban pilihan ganda. Mungkin itu salah satu dari kerisauan beliau sehingga munculnya wacana tersebut.
Apa sebenarnya yang beliau maksud dari sekolah Full Day? Apa siswanya belajar terus menrus dalam kelas dari pagi hingga petang ?
Full day school ini tidak berarti peserta didik belajar seharian penuh di sekolah, tetapi memastikan bahwa peserta didik dapat mengikuti kegiatan-kegiatan penanaman pendidikan karakter, seperti mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Saat ini sistem belajar tersebut masih dalam pengkajian lebih mendalam,” kata mantan rektor Universitas Muhammadiyah Malang ini dalam siaran pers yang diterima SP di Jakarta, Selasa,(9/8) (Dikutip dari beritasatu.com)
Ternyata ini maksud Pak Menteri.
Ketika wacana ini muncul, saya teringat pada sistem pendidikan pesantren, yang sebenarnya pesantren sudah lebih dahulu menerapkan sistem tersebut, bahkan kami bukan full day saja tapi juga full night, dari bangun tidur hingga tidur kembali.
Totalitas kegiatan santri dari mulai bangun tidur hingga tidur kembali itulah pendidikan bagi pesantren, apa yang mereka lihat, apa yang mereka dengar, apa yang mereka rasakan, apa yang mereka kerjakan itulah pendidikan. Tentunya hal yang mereka dengar kerjakan dan sebagainya dalam hal bermanfaat dan kebaikan.
Saya juga sangat terkesan dengan tulisan kiriman teman di salah satu grup WA tentang Pesantren Sekolah Full Day dan Full Night ini. Berikut kami lampirkan materi tulisannya, semoga bermanfaat !
Tersenyum mendengar perdebatan di media massa terkait Full day school. Beberapa bahkan sampai pada pertanyaan yang agak menggelitik: memang gurunya mau di bayar berapaa?
Pertanyaan itu lantas loncat kedalam konteks dimana kami berkutat: pesantren. Lah kalo Full Day and Night School kaya pesantren lantas bagaimana? Pesantren kan tak ada batas waktunya? 24 jam mendidik. 24 jam mengawasi santri. 7 hari seminggu. Libur hanya 6 bulan sekali. Siang malam menjalankan program. Tak hanya di kelas. Mandi, makan, tidur semuanya jadi kurikulum.
Lalu, ya itu tadi: emang gurunya dibayar berapa?
Pertanyaan itu mengungkapkan pemahaman bawah sadar masyarakat yang sangat serius. Bisa jadi menandakan pemahaman bahwa  pendidikan sudah menjadi komoditas yang bersifat transaksional. Take and give. Murid membayar, guru dibayar.
Hal yang insya Allah tidak didapati di pondok pesantren yang hakiki karena memang pesantren sejatinya tidak memakai sistem transaksional dan ukuran duniawi seperti ini.
Semangat pesantren yang ada hanyalah give, give dan give. Tidak ada take and give.
Wakif ikhlas mewakafkan lahannya. Kyai ikhlas memimpin. Guru ikhlas mendidik. Santri ikhlas dididik. Walisantri ikhlas menyerahkan putra putrinya untuk dididik.
Itulah kenapa beban kerja pendidik di pesantren tidak bisa dihitung pakai matematika dunia. Apalagi jika sampai dihitung perjam pelajaran. Apalagi sampai pakai hitungan lembur pula. Karena niat mereka memang bukan bekerja mencari penghasilan seperti layaknya pegawai di instansi instansi lainnya.
Dalam sistem pesantren, santri hanya membayar apa yang mereka pakai. Makanan, listrik, air dan sebagainyab. Self berdruiping system. Bersama memakai bersama membayar.
Tidak ada rumusan santri membayar guru.
Mendidik santri adalah bentuk perjuangan. Bentuk pengabdian kepada agama dan bangsa.
Lalu bagaimana mereka menghidupi keluarga mereka? Itulah rahasia keberkahan yg dijanjikan Allah SWT kepada siapapun yang mau membantu agama-Nya. In tanshurullaah yanshurukum wa yutsabbit aqdamakum. Burung saja keluar sarang sudah dijanjikan rezekinya oleh Sang Maha Pemberi Rezeki.
Transaksional? Bukan tempatnya di pesantren. Apalagi jika hanya berfikir mengambil apa yang ada di pesantren.

Dari model proses pendidikan yang terjaga niat keikhlasannya inilah diharapkan didapatkan keberkahan ilmu dan Ridha Ilahi.

Bagikan

Jangan lewatkan

Baca ini ! Pesantren, Sekolah Full Day Full Night
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.