Rabu, 27 Juli 2016

Bagaimana sih Biar Santri Selalu Betah di Pesantren ? Orangtua Wajib Baca !

Bagaimana sih Biar Santri Selalu Betah di Pesantren  ? Orangtua Wajib Baca !

Betah tidak betah adalah hal biasa yang dirasakan oleh santri di pesantren. Rasa betah ini biasanya sangat terasa bagi santri yang baru masuk pesantren. Keadaan yang berbeda yang ia rasakan dengan sebelumnya membuat seorang santri menimbulkan rasa betah atau tidak. Maka untuk membuat santri betah di pesantren selain dewan guru atau asatidz, para orang tua/wali sangat berpengaruh agar  anaknya selalu betah di pesantren.
Tahun pertama santri di pesantren adalah tantangan terbesar yang harus di hadapi dengan ‘cerdas’ oleh orang tua. Jika tahun pertama  santri tersebut sukses bertahan selama setahun pertama, maka ini peluang besar bagi santri tersebut untuk menuju tahun keduanya dan seterusnya. Karena tahun pertama dia akan merasakan totalitas kegiatan di pesantren seperti apa dan bagaimana, setelah semua ia lalui maka tahun keduanya dia sudah terbiasa dengan segala kegiatan dan keadaan. Maka di tahun pertama anak bapak ibu di pesantren menentukan sikapnya untuk tahun-tahun selanjutnya.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh para orang tua santri, paling tidak dengan hal ini sedikit membantu para orang tua wali agar anaknya insyallah dengan izin Allah selalu betah di Pesantren.

1.      Ikhlaskan Anakmu Belajar di Pesantren
Jiwa keikhlasan para orang tua sangat berpengaruh pada sikap anaknya di pesantren. Kenapa para orang tua harus ikhlas? Iya harus, bapak ibu harus rela melepaskan kepergian anak bapak ibu untuk berpisah sebentar untuk menuntut ilmu. Buang rasa kasih sayang yang berlebihan jika bapak ibu benar-benar ingin anaknya belajar di pesantren. Dan ini sangat penting. Karena ada banyak orang tua yang ingin anaknya belajar di pesantren, betah di pesantren, tapi di sisi lain para orang sendiri yang membuat anaknya tidak betah.
Kok bisa? Karena rasa “kasih sayang yang berlebihan” orang tua,  sehingga membuat anaknya ‘gagal’ bertahan di pesantren.
Jika rasa kasih sayang ‘berlebihan’ ini  dimiliki oleh orang tua, maka orang tua akan selalu teringat dengan anaknya dengan rasa yang was-was, ada rasa kasihan yang berlebihan melihat perbedaaan (tidak seperti di rumah) yang dirasakan oleh anak di pesantren. Sehingga para orang tua terlalu sering mengunjungi anaknya, karena selalu ingin mengetahui kegiatan anaknya, terlalu sering membawa makanan yang ‘enak-enak’ merasa kasihan ketika melihat anaknya makan ‘ikan asin’. Kemudian ada juga orang tua yang terlalu ‘kepo’ (baca : selalu ingi tahu) dengan kegiatan anaknya di pesantren sehingga ia terlalu sering berkomunikasi dengan anaknya. Jika bapak ibu ingin mengetahui tentang kegiatan anak atau perkembangannya silakan bina komunikasi dengan ustadz/ahnya.
Maka ‘buanglah’ rasa kasihan berlebihan itu sejenak, jadikan dia anak yang mandiri, jangan selalu memanjakan dia. Selalu pantau pekembangannya melalui dewan guru dan ikhlaskan dangan sepenuh jiwa, yakinlah bahwa anak bapak ibu sedang berjihad di jalan Allah, yakinlah bahwa dia fi sabilillah sampai ia kembali.  Dan para orang tua juga harus yakin karena rasa ‘kasih sayang’ inilah membuat bapak ibu mengantar anakmu untuk belajar di pesantren. 

Baca Juga : 
2.      Berdoa agar Allah selalu memberi kemudahan kepada anakmu

Doa’ orang tua adalah senjata anak dalam menuntut ilmu. Makanya para dewan guru selalu menganjurkan para santri untuk selalu meminta doa kepada orang tuanya masing-masing. Karena ridhanya orang tua akan membuat segala rintangan hidup selama di pesantren menjadi mudah. Belajar mudah, hidup pun terarah.
Maka untuk menggantikan ‘rasa kasih sayang berlebihan’ tadi gantikan dengan doa terbaikmu wahai para orang tua. Berdoalah kepada Allah dengan ikhlas agar anakmu selalu di beri kemudahan oleh Allah SWT. Percaya akan segala kebijakan pesantren bahwa bertujuan untuk memberikan pendidikan terbaik kepada anak bapak ibu.

3.      Jangan sering berkunjung !

Keseringan berkunjung  adalah salah satu hal ‘ceroboh’ yang sering dilakukan orang tua. Trafik kunjungan yang selalu tinggi sehingga membuat anaknya tidak betah di pesantren. Pihak pesantren biasanya pasti akan menghimbau para orang tua wali agar tidak selalu sering mengunjungi santri. Karena tidak sedikit kasus santri tidak betah di pesantren disebabkan oleh keseringan kunjungan orang tua. Jika anakmu masih santri baru, cobalah jenguk satu minggu sekali, jika anaknya masih sulit berpisah dengan orang tua, coba jenguk  dua kali dalam seminggu dengan jarak hari yang jauh ( tidak dianjurkan), satu minggu sekali adalah hal yang tepat bagi santri baru.
 Seiring berjalannya waktu, bapak ibu harus berusaha untuk mengurangi kunjungan tersebut, misalnya satu bulan pertama satu minggu sekali, bulan kedua dua bulan sekali misalnya dan seterusnya. Sesuaikan dengan perkembangan anak bapak ibu.
Selain itu para orang tua juga dituntut untuk melakukan kunjungan yang tepat waktu, sesuai dengan waktu yang telah ditentukan oleh pihak pesantren. Ini penting. Karena jangan sampai kunjungan bapak ibu menganggu kegiatan santri, sedang belajar, sedang shalat, atau sedang beraktivitas ektrakurikuler dan sebagainya.

4.      Jangan sering berkomunikasi dengan anak !

Komunikasi itu penting, tapi kenapa dilarang jangan sering berkomunikasi ? Karena terlalu sering berkomunikasi dengan anak selama di pesantren dapat membuat anak teringat dengan keadaan di rumah. Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi jarak jauh (terlalu sering menelpon). Lalu bagaimana solusinya bagi orang tua yang ‘LDR” (baca : jarak jauh)  ? pastinya tidak bisa mengunjungi anaknya setiap minggu sekali. Meskipun jarak bapak ibu memang jauh dari lokasi pesantren tetap harus di kurangi keseringan berkomunikasi.
Komunikasi yang harus sering dilakukan oleh orang tua wali adalah dengan dewan guru, dengan ustadz pembimbing asramanya, wali kelasnya atau dengan pengasuhan santrinya. Ini yang harus di perhatikan orang tua. Membina komunikasi yang baik dengan dewan guru, dan memantau perkembangan anaknya. Komunikasi yang baik orang tua sangat penting, karena keduanya berperan besar dalam menyukseskan pendidikan kepada santri. Para dewan guru pasti akan memberikan masukan atau saran kepada orang tua, akan melaporkan perkembangan, kelebihan dan kekurangan anak.
 Maka disinilah perlunya kepercayaan penuh para orang tua kepada dewan guru. Yakinlah bahwa dewan guru itu orang tua anakmu selama di pesantren, yang ustadz ayahnya, yang ustadzah ibunya. Dewan guru yang akan memposisikan diri sebagai orang tua para santri, yang selalu berusaha mengayomi, mendidik, menasehati dan memberikan segala bentuk pelayanan dengan penuh kasih sayang.

5.      Jangan sering membawa makanan yang serba enak

Kalau soal makanan, memang agak sulit kita bahas, ini soal perut masalahnya. Karena tidak semua perut menerima semua makanan. Mereka yang terbiasa dengan makanan yang serba enak dan penuh gizi maka agak sulit ketika menerima makanan yang berbeda dengan yang sering ia makan. Tapi kalau sudah masuk ke pesantren, maka mau tidak mau kamu harus meninggalkan semua yang enak-enak. Bertidak enak-enak dahulu, ber enak-enak kemudian, karena tidak ada kenikmatan setelah ada kepayahan.
Apa di pesantren tidak ada makanan yang enak? Tentunya ada, tapi tidak seperti yang ada di rumah masing-masing. Karena setiap rumah pasti beda dapurnya.
Kenapa jangan terlalu sering membawa makanan yang enak-enak? Inikan tergantung kemampuan orang tua. Memang. Tapi tidak semua yang kita mampu mesti kita penuhi. Itulah perlunya pertimbangan dalam hidup, menyesuaikan sesuatu menurut kepentingan dan kadar baik buruknya.
Pesantren adalah ladang praktek ilmu kehidupan. Semua orang ada disini, ada yang kaya ada yang miskin, ada yang hitam ada yang putih, ada yang tinggi ada yang pendek. Maka pesantren memberi pendidikan kepada santri dengan segala sudut kehidupan pesantren. Pesantren mengajarkan bahwa hidup itu tidak selamanya enak dan nikmat, pasti suatu saat kita akan merasakan sesuatu yang tidak enak atau kesusahan.
Soal makanan, pesantren menyediakan berbagai macam menu, mulai dari yang enak sampai tidak enaknya. Semua itu bertujuan agar santri merasakan dinamika kehidupan disaat dia dilanda kesusahan atau sebaliknya. Bagi yang datang dari keluarga yang mampu maka inilah saatnya mereka merasakan bagaimana makanan orang-orang yang sebelumnya tidak merasakan hal yang enak. Status santri di pesantren itu sama, tidak ada yang membedakan antara si kaya dan si miskin,  mereka diajarkan berbagai macam keadaan kehidupan sehingga mereka nantinya kokoh kedepaan saat berada dalam berbagai macam keadaan kehidupan.
Para orang tua diharapkan untuk memahami ketika anaknya makan ikan asin misalnya, atau makanan yang menurut bapak ibu kurang enak. Biarkan anakmu merasakan bagaimana pedihnya kehidupan ini, kecuali bagi ada anak tertentu yang mungkin ada masalah dengan makanan tertentu karena penyakit yang ia rasakan. Makanan di pesantren pun bagian dari pendidikan. Maka para orang tua harus memperhatikan masalah ini.
Selain itu, para orang tua juga dilarang membawa makanan yang berbau sedap, seperti durian. Karena makanan seperti itu dapat menimbulkan rasa sedih atau cemburu santri lain yang mungkin kurang dikunjungi oleh orang tuanya yang membawakan makanan seperti bapak ibu lakukan. Maka makanan seperti itu harus dihindari, jikapun bapak ibu ingin membawakan makanan yang berbau sedap, maka silakan bawa keluar sebentar anaknya agar tidak terlihat dengan anak lain. Pesantren juga mengajarkan bagaimana menjaga perasaan orang lain melalui makanan.
Baca Juga : 

7 Nilai Plus Yang Harus Kamu Ketahui Mondok di Pesantren Jarang Kamu Temui di Tempat Lain


6.      Harus sering berkomunikasi dengan gurunya

Kalau poin diatas bersifat larangan, maka yang ini merupakan anjuran. Ya, berkomukikasi dengan guru. Tingkatkan komunikasi yang baik dengan ustaz ataupun ustazahnya. Tanyakan keadaan anakmu kepada mereka, terutama yang dekat dengan anak bapk ibu, seperti wali asrama  dan wali kelas. Karena tidak semua guru akan mengetahui keadaan santri, jika pun guru tersebut tahu, tapi tidak terlalu detail, karena setiap guru sudah ada bagian masing-masing. Maka bapak ibu harus berkomunikasi dengan guru yang paling dekat dengan anak bapakibu.
Inilah gunanya kepercayaan orang tua wali santri kepada guru, orang tua harus ikhlas anaknya didik oleh orang lain, meyakini bahwa apa saja yang guru lakukan untuk anak bapak/ibu hanya untuk mendidik, membimbing, membina anak bapakm ibu.
Pentingnya komunikasi kedua belah pihak ini untuk meningkatkan perkembangan anak dalam belajar, para orang tua diharapkan untuk selalu memberi dukungan dan dorongan kepada anak. Peran aktif orang tua juga menentukan kesuksesan pendidikan santri di pesantren, karena memiliki tanggung jawab yang sama dengan ranah yang berbeda.
Orang tua jangan menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak kepada pesantren. Karena pendidikan anak dimulai dari pendidikan orang tua di rumah dan orang tua mempunyai tanggub jawab utama terhadap masa depan anak, sedangkan pesantren hanya lembaga yang membantu proses tersebut.
Karena tidak sedikit dari para orang tua, yang setelah mengantarkan anaknya ke pesantren kemudian menelantarkannya, tidak mau tahu menahu lagi masalah anak, karena sudah diserahkan sepenuhnya ke pesantren. Dan ini salah besar.
Tingkatkan komunikasi yang baik dengan dewan guru, pantau perkembangan anakmu, tanyakan apa masalah dan kendala yang dihadapi oleh anakmu. Kersamamu dengan dewan guru sangat berdampak pada pembinaan anak tersebut.

Sekian. Semoga para orang tua dapat memahami segala bentuk pendidikan di setiap sudut pesantren.

Bagikan

Jangan lewatkan

Bagaimana sih Biar Santri Selalu Betah di Pesantren ? Orangtua Wajib Baca !
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.