Betah tidak betah adalah hal biasa yang dirasakan oleh santri di pesantren. Rasa betah ini biasanya sangat terasa bagi santri yang baru masuk pesantren. Keadaan yang berbeda yang ia rasakan dengan sebelumnya membuat seorang santri menimbulkan rasa betah atau tidak. Maka untuk membuat santri betah di pesantren selain dewan guru atau asatidz, para orang tua/wali sangat berpengaruh agar anaknya selalu betah di pesantren.
Tahun pertama santri di pesantren adalah tantangan
terbesar yang harus di hadapi dengan ‘cerdas’ oleh orang tua. Jika tahun
pertama santri tersebut sukses bertahan
selama setahun pertama, maka ini peluang besar bagi santri tersebut untuk
menuju tahun keduanya dan seterusnya. Karena tahun pertama dia akan merasakan
totalitas kegiatan di pesantren seperti apa dan bagaimana, setelah semua ia
lalui maka tahun keduanya dia sudah terbiasa dengan segala kegiatan dan keadaan.
Maka di tahun pertama anak bapak ibu di pesantren menentukan sikapnya untuk
tahun-tahun selanjutnya.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh para
orang tua santri, paling tidak dengan hal ini sedikit membantu para orang tua
wali agar anaknya insyallah dengan izin Allah selalu betah di Pesantren.
1.
Ikhlaskan Anakmu Belajar di Pesantren
Jiwa keikhlasan para orang tua sangat berpengaruh
pada sikap anaknya di pesantren. Kenapa para orang tua harus ikhlas? Iya harus,
bapak ibu harus rela melepaskan kepergian anak bapak ibu untuk berpisah
sebentar untuk menuntut ilmu. Buang rasa kasih sayang yang berlebihan jika
bapak ibu benar-benar ingin anaknya belajar di pesantren. Dan ini sangat
penting. Karena ada banyak orang tua yang ingin anaknya belajar di pesantren,
betah di pesantren, tapi di sisi lain para orang sendiri yang membuat anaknya
tidak betah.
Kok
bisa? Karena rasa “kasih sayang yang berlebihan” orang tua, sehingga membuat anaknya ‘gagal’ bertahan
di pesantren.
Jika rasa kasih sayang ‘berlebihan’ ini dimiliki oleh orang tua, maka orang tua akan
selalu teringat dengan anaknya dengan rasa yang was-was, ada rasa kasihan yang
berlebihan melihat perbedaaan (tidak seperti di rumah) yang dirasakan oleh anak
di pesantren. Sehingga para orang tua terlalu sering mengunjungi anaknya,
karena selalu ingin mengetahui kegiatan anaknya, terlalu sering membawa makanan
yang ‘enak-enak’ merasa kasihan ketika melihat anaknya makan ‘ikan asin’. Kemudian
ada juga orang tua yang terlalu ‘kepo’ (baca : selalu ingi tahu) dengan
kegiatan anaknya di pesantren sehingga ia terlalu sering berkomunikasi dengan
anaknya. Jika bapak ibu ingin mengetahui tentang kegiatan anak atau
perkembangannya silakan bina komunikasi dengan ustadz/ahnya.
Maka ‘buanglah’ rasa kasihan berlebihan itu
sejenak, jadikan dia anak yang mandiri, jangan selalu memanjakan dia. Selalu
pantau pekembangannya melalui dewan guru dan ikhlaskan dangan sepenuh jiwa,
yakinlah bahwa anak bapak ibu sedang berjihad di jalan Allah, yakinlah bahwa
dia fi sabilillah sampai ia kembali. Dan para orang tua juga harus yakin karena
rasa ‘kasih sayang’ inilah membuat bapak ibu mengantar anakmu untuk belajar di
pesantren.
Baca Juga :
2.
Berdoa agar Allah selalu memberi kemudahan kepada
anakmu
Doa’ orang tua adalah senjata anak dalam menuntut
ilmu. Makanya para dewan guru selalu menganjurkan para santri untuk selalu
meminta doa kepada orang tuanya masing-masing. Karena ridhanya orang tua akan
membuat segala rintangan hidup selama di pesantren menjadi mudah. Belajar
mudah, hidup pun terarah.
Maka untuk menggantikan ‘rasa kasih sayang
berlebihan’ tadi gantikan dengan doa terbaikmu wahai para orang tua. Berdoalah kepada
Allah dengan ikhlas agar anakmu selalu di beri kemudahan oleh Allah SWT.
Percaya akan segala kebijakan pesantren bahwa bertujuan untuk memberikan pendidikan
terbaik kepada anak bapak ibu.
3.
Jangan sering berkunjung !
Keseringan berkunjung adalah salah satu hal ‘ceroboh’ yang sering
dilakukan orang tua. Trafik kunjungan yang selalu tinggi sehingga membuat anaknya
tidak betah di pesantren. Pihak pesantren biasanya pasti akan menghimbau para
orang tua wali agar tidak selalu sering mengunjungi santri. Karena tidak
sedikit kasus santri tidak betah di pesantren disebabkan oleh keseringan
kunjungan orang tua. Jika anakmu masih santri baru, cobalah jenguk satu minggu
sekali, jika anaknya masih sulit berpisah dengan orang tua, coba jenguk dua kali dalam seminggu dengan jarak hari yang
jauh ( tidak dianjurkan), satu minggu sekali adalah hal yang tepat bagi santri
baru.
Seiring berjalannya
waktu, bapak ibu harus berusaha untuk mengurangi kunjungan tersebut, misalnya
satu bulan pertama satu minggu sekali, bulan kedua dua bulan sekali misalnya
dan seterusnya. Sesuaikan dengan perkembangan anak bapak ibu.
Selain itu para orang tua juga dituntut untuk
melakukan kunjungan yang tepat waktu, sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
oleh pihak pesantren. Ini penting. Karena jangan sampai kunjungan bapak ibu
menganggu kegiatan santri, sedang belajar, sedang shalat, atau sedang
beraktivitas ektrakurikuler dan sebagainya.
4.
Jangan sering berkomunikasi dengan anak !
Komunikasi itu penting, tapi kenapa dilarang jangan
sering berkomunikasi ? Karena terlalu sering berkomunikasi dengan anak selama
di pesantren dapat membuat anak teringat dengan keadaan di rumah. Komunikasi
yang dimaksud adalah komunikasi jarak jauh (terlalu sering menelpon). Lalu bagaimana
solusinya bagi orang tua yang ‘LDR” (baca : jarak jauh) ? pastinya tidak bisa mengunjungi anaknya
setiap minggu sekali. Meskipun jarak bapak ibu memang jauh dari lokasi pesantren
tetap harus di kurangi keseringan berkomunikasi.
Komunikasi yang harus sering dilakukan oleh orang
tua wali adalah dengan dewan guru, dengan ustadz pembimbing asramanya, wali
kelasnya atau dengan pengasuhan santrinya. Ini yang harus di perhatikan orang
tua. Membina komunikasi yang baik dengan dewan guru, dan memantau perkembangan
anaknya. Komunikasi yang baik orang tua sangat penting, karena keduanya
berperan besar dalam menyukseskan pendidikan kepada santri. Para dewan guru
pasti akan memberikan masukan atau saran kepada orang tua, akan melaporkan
perkembangan, kelebihan dan kekurangan anak.
Maka disinilah
perlunya kepercayaan penuh para orang tua kepada dewan guru. Yakinlah bahwa
dewan guru itu orang tua anakmu selama di pesantren, yang ustadz ayahnya, yang
ustadzah ibunya. Dewan guru yang akan memposisikan diri sebagai orang tua para
santri, yang selalu berusaha mengayomi, mendidik, menasehati dan memberikan segala
bentuk pelayanan dengan penuh kasih sayang.
5.
Jangan sering membawa makanan yang serba enak
Kalau soal makanan, memang agak sulit kita bahas,
ini soal perut masalahnya. Karena tidak semua perut menerima semua makanan.
Mereka yang terbiasa dengan makanan yang serba enak dan penuh gizi maka agak
sulit ketika menerima makanan yang berbeda dengan yang sering ia makan. Tapi kalau
sudah masuk ke pesantren, maka mau tidak mau kamu harus meninggalkan semua yang
enak-enak. Bertidak enak-enak dahulu, ber enak-enak kemudian, karena tidak ada
kenikmatan setelah ada kepayahan.
Apa di pesantren tidak ada makanan yang enak? Tentunya
ada, tapi tidak seperti yang ada di rumah masing-masing. Karena setiap rumah
pasti beda dapurnya.
Kenapa jangan terlalu sering membawa makanan yang
enak-enak? Inikan tergantung kemampuan orang tua. Memang. Tapi tidak semua yang
kita mampu mesti kita penuhi. Itulah perlunya pertimbangan dalam hidup, menyesuaikan
sesuatu menurut kepentingan dan kadar baik buruknya.
Pesantren adalah ladang praktek ilmu kehidupan. Semua
orang ada disini, ada yang kaya ada yang miskin, ada yang hitam ada yang putih,
ada yang tinggi ada yang pendek. Maka pesantren memberi pendidikan kepada
santri dengan segala sudut kehidupan pesantren. Pesantren mengajarkan bahwa
hidup itu tidak selamanya enak dan nikmat, pasti suatu saat kita akan merasakan
sesuatu yang tidak enak atau kesusahan.
Soal makanan, pesantren menyediakan berbagai macam
menu, mulai dari yang enak sampai tidak enaknya. Semua itu bertujuan agar
santri merasakan dinamika kehidupan disaat dia dilanda kesusahan atau
sebaliknya. Bagi yang datang dari keluarga yang mampu maka inilah saatnya
mereka merasakan bagaimana makanan orang-orang yang sebelumnya tidak merasakan
hal yang enak. Status santri di pesantren itu sama, tidak ada yang membedakan
antara si kaya dan si miskin, mereka diajarkan
berbagai macam keadaan kehidupan sehingga mereka nantinya kokoh kedepaan saat
berada dalam berbagai macam keadaan kehidupan.
Para orang tua diharapkan untuk memahami ketika
anaknya makan ikan asin misalnya, atau makanan yang menurut bapak ibu kurang
enak. Biarkan anakmu merasakan bagaimana pedihnya kehidupan ini, kecuali bagi
ada anak tertentu yang mungkin ada masalah dengan makanan tertentu karena
penyakit yang ia rasakan. Makanan di pesantren pun bagian dari pendidikan. Maka
para orang tua harus memperhatikan masalah ini.
Selain itu, para orang tua juga dilarang membawa
makanan yang berbau sedap, seperti durian. Karena makanan seperti itu dapat
menimbulkan rasa sedih atau cemburu santri lain yang mungkin kurang dikunjungi
oleh orang tuanya yang membawakan makanan seperti bapak ibu lakukan. Maka
makanan seperti itu harus dihindari, jikapun bapak ibu ingin membawakan makanan
yang berbau sedap, maka silakan bawa keluar sebentar anaknya agar tidak
terlihat dengan anak lain. Pesantren juga mengajarkan bagaimana menjaga
perasaan orang lain melalui makanan.
Baca Juga :
7 Nilai Plus Yang Harus Kamu Ketahui Mondok di Pesantren Jarang Kamu Temui di Tempat Lain
6.
Harus sering berkomunikasi dengan gurunya
Kalau poin diatas bersifat larangan, maka yang ini
merupakan anjuran. Ya, berkomukikasi dengan guru. Tingkatkan komunikasi yang
baik dengan ustaz ataupun ustazahnya. Tanyakan keadaan anakmu kepada mereka,
terutama yang dekat dengan anak bapk ibu, seperti wali asrama dan wali kelas. Karena tidak semua guru akan
mengetahui keadaan santri, jika pun guru tersebut tahu, tapi tidak terlalu
detail, karena setiap guru sudah ada bagian masing-masing. Maka bapak ibu harus
berkomunikasi dengan guru yang paling dekat dengan anak bapakibu.
Inilah gunanya kepercayaan orang tua wali santri kepada
guru, orang tua harus ikhlas anaknya didik oleh orang lain, meyakini bahwa apa
saja yang guru lakukan untuk anak bapak/ibu hanya untuk mendidik, membimbing,
membina anak bapakm ibu.
Pentingnya komunikasi kedua belah pihak ini untuk
meningkatkan perkembangan anak dalam belajar, para orang tua diharapkan untuk
selalu memberi dukungan dan dorongan kepada anak. Peran aktif orang tua juga
menentukan kesuksesan pendidikan santri di pesantren, karena memiliki tanggung
jawab yang sama dengan ranah yang berbeda.
Orang tua jangan menyerahkan sepenuhnya pendidikan
anak kepada pesantren. Karena pendidikan anak dimulai dari pendidikan orang tua
di rumah dan orang tua mempunyai tanggub jawab utama terhadap masa depan anak,
sedangkan pesantren hanya lembaga yang membantu proses tersebut.
Karena tidak sedikit dari para orang tua, yang setelah
mengantarkan anaknya ke pesantren kemudian menelantarkannya, tidak mau tahu
menahu lagi masalah anak, karena sudah diserahkan sepenuhnya ke pesantren. Dan
ini salah besar.
Tingkatkan komunikasi yang baik dengan dewan guru,
pantau perkembangan anakmu, tanyakan apa masalah dan kendala yang dihadapi oleh
anakmu. Kersamamu dengan dewan guru sangat berdampak pada pembinaan anak
tersebut.
Sekian. Semoga para orang tua dapat memahami segala
bentuk pendidikan di setiap sudut pesantren.
Bagikan
Bagaimana sih Biar Santri Selalu Betah di Pesantren ? Orangtua Wajib Baca !
4/
5
Oleh
Kasel